TAREKAT pertama kali muncul pada abad ke-6 dan 7 Hijriah, ketika tasawuf menempati posisi penting dalam kehidupan umat Islam dan dijadikan sebagai falsafah hidup.
Pada periode ini, tasawuf memiliki aturan, prinsip dan sistem khusus. Sedangkan sebelumnya tasawuf dipraktikkan secara individual tanpa adanya ikatan satu sama lain.
Dalam perkembangan selanjutnya, tarekat menjadi semacam organisasi atau perguruan dan kegiatannya pun semakin meluas, tidak terbatas hanya pada zikir dan wirid atau amalan-amalan tertentu saja.
Bahkan, ada beberapa tarekat yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, seperti Tarekat Sanusiyah yang menentang penjajahan Italia di Libya, Tarekat Tijaniyah yang menentang penjajahan Prancis di Afrika Utara, dan Tarekat Safawiyah yang melahirkan kerajaan Safawi di Persia (Iran).
Selanjutnya tarekat makin berkembang secara luas di berbagai belahan dunia.
Beberapa yang terkenal adalah Qadiriyah, Naqsabandiyah, Syattariyah, Rifaiyyah, Tijaniyah dan Sammaniyah.
Dan di Indonesia sendiri terdapat asosiasi atau organisasi yang membawa tarekat yang mu’tabar (terkenal dan diakui).
Organisasi ini bernama Jam’iyyah Ahl al-Thariqah al-Mu’tabarah Indonesia (Jatmi) dan Jam’iyyah Ahl al-Thariqah al-Mu’tabarah al-Nahdliyyin.
Organisasi tarekat yang kedua ini menaungi sejumlah tarekat yang berafiliasi pada organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Beberapa Tarekat yang dikenal di Dunia Islam :
No Nama Tarekat Pendiri Berpusat di
1. Adhamiyah Ibrahim bin Adham Damaskus Suriah
2. Ahmadiyah Mirza Ghulam Ahmad Qadian India
3. Alawiyah Abu Abbas Ahmad bin Mustafa al-Alawi Mostaghanem Aljazair
4. Alwaniyah Syekh Alwan Jeddah Aab Saudi
5. Ammariyah Ammar Bu Senna Constantine Aljazair
6. Asyaqiyah Hasanuddin Istanbul Turki
7. Asyrafiyah Asyraf Rumi Chin Iznik Turki
8. Babayyah Abdul Ghani Afrianopel Turki
9. Bahramiyah Hajji Bahrami Ankara Turki
10. Bakriyah Abu Bakar Wafal Aleppo Suriah
11. Bektasyi Bektasyi Veli Kir Sher Turki
12. Bustamiyah Abu Yazid al-Bustami Jabal Bistam Iran
13. Gulsyaniyah Ibrahim Gulsyani Kairo Mesir
14. Haddadiyah Sayid Abdullah bin Alwi Bin Muhammad al-Haddad Hijaz Arab Saudi
15. Idrisiyah Sayid Ahmad bin Idris Bin Muhammad bin Ali Asir Arab Saudi
16. Ightbasyiyah Syamsuddin Magnesia Yunani
17. Jalwatiyah Pir Uftadi Brusa Turki
18. Jamaliyah Jamaluddin Istanbul Turki
19. Kabrawiyah Najmuddin Khurasan Iran
20. Khalwatiyah Umar al-Khalwati Kayseri Turki
21. Maulawiyah Jalaluddin ar-Rumi Konya Anatolia
22. Muradiyah Murad Syami Istanbul Turki
23. Naqsyabandyah Muhammad bin al-Uwaisi Al-Bukhari al-Naqsyabandi Qadri Arifan Turki
24. Niyaziyah Muhammad Niyaz Lemnos Turki
25. Ni’matallahiyah Syah Wali Nimatallah Kirman Iran
26. Nurbakhsyiyah Muhammad Nurbakh Khurasan Iran
27. Nuruddiniyah Nuruddin Istanbul Turki
28. Rifaiyyah Sayid Ahmad Rifai Baghdad Irak
29. Sadiyah Sa’duddin Jibawi Damskus Irak
30. Safawiyah Safiuddin Ardebil Turki
31. Sammaniyah Muhammad bin Samman Madinah Arab Saudi
32. Sanusiyah Sidi Muhammad bin Ali Al-Sanusi Tripoli
33. Saqatiyah Sirri Saqati Baghdad Irak
34. Shiddiqiyah Kyai Mukhtar Mukti Jombang Indonesia
35. Sinan Ummiyah Alim Sinan Ummi Awali Turki
36. Suhrawardiyah Syihabuddin Abu Hafs Umari Bin Abdullah as-Suhraward Baghdad Irak
37. Sunbuliyah Sunbul Yusuf Bulawi Istanbul Turki
38. Syamsiyah Syamsuddin Madinah Arab Saudi
39. Syattariyah Abdullah al-Syattar India
40. Syaziliyah Abul Hasan Ali Al-Syazili Makkah Arab Saudi
41. Qadiriyah Abdul Qadir al-Jailani Baghdad Irak
42. Tijaniyah Abul Abbas Ahmad bin Muhammad At-Tijani Fes Maroko
43. Umm Sunaniyah Syekh Ummi Sunan Istanbul Turki
44. Wahabiyah Muhammad bin Abdul Wahhab Nejd Arab Saudi
45. Zainiyah Zainuddin Kufah Irak
(Sumber : Islam Digest, Ahad, 1 Maret 2009)
* JANGAN MENODAI TAREKAT *
Ibadah sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selanjutnya kata jalan seiring makna dengan kata tarekat yang kemudian dibahasa indonesiakan dan di nisbatkan pada sebuah kumpulan yang disebut Tarikat.
Adapun maksud dari Tarekat ialah cara yang di tempuh untuk mencapai maqam agar mencapai Ma’rifat Allah, ma’rifat ini dapat di capai melalui zikir, Shalawat, selalu menghatamkan al-Qur’an, shalat tepat pada waktunya dan lain sebagainya.
Banyak sekali tarekat-tarekat yang berkembang di Negeri ini, yang dibentuk sebagai wadah tariqah untuk mencapai kesucian hati guna menembus cakrawala ke-Tuhanan.
Setiap orang pasti menginginkan hal ini, namun sayangnya tidaklah mudah untuk dapat menembusnya dengan keadaan biasa-biasa saja.
Ia membutuhkan kesucian hati dan kejujuran, dalam tarekat hanya itulah yang mampu membuka untuk menembus cakrawala ke-Tuhanan tersebut.
Ajaran dasar tarekat ialah kesucian hati dan kejujuran ini, hingga tidak heran tarekat-tarekat yang sesuai dengan syari’at dapat menelurkan orang-orang sakti.
Sebagaimana Syekh Yusuf al-Makassari, “dengan karomahnya, ia dapat membakar rokok di dalam air” yang mencengangkan saat itu.
Dan karena kesaktian inilah, orang belanda mengatakan, seperti yang disampaikan oleh Ibu, Dr. Hj. Nurnaningsi, M.Ag. Katanya :
Kemerdekaan Indonesia terletak pada kehebatan tarekat bukan pada bambu runcing yang selama ini beritanya telah terkenal luas di kalangan masyarakat.
Ajaran-ajaran tarekat berpusat pada zikir, dua perbedaan umum yang melekat pada konsep ajaran zikir ini dalam tarekat, yaitu zikir Sir (dengan suara yang rendah sekali, hampir-hampir tidak kedengaran, bahkan ada yang tidak kedengaran sama sekali) dan zikir Jahr(dengan suara yang keras, bahkan ada yang sampai badannya ikut tergoyang).
Ajaran-ajaran tarekat berpusat pada zikir, dua perbedaan umum yang melekat pada konsep ajaran zikir ini dalam tarekat, yaitu zikir Sir (dengan suara yang rendah sekali, hampir-hampir tidak kedengaran, bahkan ada yang tidak kedengaran sama sekali) dan zikir Jahr(dengan suara yang keras, bahkan ada yang sampai badannya ikut tergoyang).
Persamaan umum pada zikirnya terletak dalam kalimat Tauhid lalilaha illah (tiada tuhan Selain Allah) atau biasa disebut (kalimat tahlil) dan lafaz Allah itu sendiri.
Namun pada perkembangannya, tarekat telah mengalami distorsi, hal ini dipengruhi oleh pemahaman terhadap tarekat yang tidak utuh.
Namun pada perkembangannya, tarekat telah mengalami distorsi, hal ini dipengruhi oleh pemahaman terhadap tarekat yang tidak utuh.
Sehingga lahirlah pendapat, “saya biar tidak Shalat di Masjid, duduk saja sudah shalat, atau ketika mendengar azan langsung sujud ditempat di mana dia berada”, jika pemahaman seperti ini yang di pahami, maka pemahaman ini adalah pemahaman yang keliru.
Yang semestinya perlu di luruskan, atau perlu di utuhkan dengan perbaikan bil hikmah wajaadilhum hiya akhsan.
Sebab di anatara konsep syariat tidak dapat di pisahkan dengan hakikat, yang juga dipengaruhi oleh Tsawuf.
Adapun, Tarekat dan tasawuf tidak dapat di pisahkan pada hakikatnya, sebab kedua ilmu ini memilik tokoh yang sama, tokoh-tokoh tarekat itulah tokoh-tokoh tasawuf.
Dengan demikian, ajaran-ajaran yang ada dalam tarekat sedikit banyaknya memiliki kemiripan dengan tasawuf, yaitu“tazkiatun Nafs”penyucian diri yang memiliki hubungan dengan kesucin hati dan kejujuran atau dalam konsep Qur’an disebut Mukhlis.
Dengan itulah para ahli tasawuf semacam al-Ghazali juga memiliki banyak keahlian dan kemampuan melalui karomahnya. Padahal beliau adalah seorang Sufi bukan seorang tarekat.
Ada satu hal yang perlu di ketahui adalah, “dalam ajaran tasawuf maupun tarekat memiliki prinsip dasar, yaitu kesucian dan kejujuran, namun kedua hal ini dapat di capai dengan sempurna jika seseorang telah memposisikan dirinya pada kemampuan memperpadukan antara Syari’at dan Hakikat.
Menjawab ini, dalam buku Hakikat tasawuf oleh Syekh Abdul Qadir Isa“ ahli tasawuf mengatakan, janganlah kita mempercayai seseorang yang mampu berjalan di atas air, terbang di atas udara dan memiliki kelebihan lain sebelum kita mengetahui orang itu mengamalkan sunnah” artinya, mengamalkan ajaran Rasul dan al-Qur’an secara syari’at dan hakikatnya.
Sebagai pengamalan Iman, Islam, Ihsan atau tasdiqu bil Qalbi, wa Iqraru bil-Lisan dan Wa ‘Amalun bil ar-Kan.
Bukan mendapatkan baru hanya sedikit potongan pemahaman lalu mengatakan duduk-duduk sudah shalat, berdoa saja sudah shalat, shalat itu tidak perlu di Masjid atau yang lainya.
Dengan demikian, sebagai insan yang ingin mencari kedudukan menjadi insan kamil, maka sepatutnyalah merealisasikan perintah sebagaimana disebutkan dalam, (hadits sahih lighairihi riwayat Ibnu Majah No.224.
“utlubul ilmi Faridhatun ‘ala kulli Muslimin” artinya : Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.
Setelah mengetahui hadits ini, maka tidaklah cukup bagi kita duduk diam dan tidak berusaha bangun untuk menuntut ilmu.
Maksudnya memperbanyak ilmu Agama yaitu Syari’at dan hakikatnya, tidak berhenti menuntut ilmu hingga kematian yang membatasinya, dengan berusaha mengamalkan ilmu yang telah di pelajari semaksimal mungkin.
* Tahapan Bertarekat *
Thariqah atau tarekat adalah jalan yang ditempuh oleh seseorang untuk menuju Tuhan melalui beberapa tahapan yang meliputi metode pengarahan spiritual.
Melaksanakan amalan thariqah dinamakan suluk. Sedangkan penempuh jalan thariqah disebut salik.
Melaksanakan amalan thariqah dinamakan suluk. Sedangkan penempuh jalan thariqah disebut salik.
Selain salik, pengamal thariqah juga dinamakan murid, berasal dari bahasa arab yang berarti seseorang yang menginginkan untuk ’bertemu’ Tuhan.
Sedangkan pengarah spiritual dalam menempuh thariqah disebut dengan mursyid atau guru.
Mursyid berasal dari bahasa Arab yang artinya pemberi petunjuk. Thariqah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tasawuf.
Seseorang yang ber-thariqah tanpa bertasawuf akan kesulitan menuju Tuhan, karena ia tahu bagaimana caranya menuju jalan tersebut tapi tidak tahu pasti di mana tempat yang menjadi tujuannya.
Ibaratnya sudah tahu jalan menuju ke Medan dengan mengendarai bus, tapi tidak tahu pasti Medan bagian mana yang akan dituju , bisa-bisa salah alamat.
Seseorang yang bertasawuf tanpa ber-thariqah akan kesulitan mengamalkan ilmunya, karena tahu sebuah tempat tapi tidak tahu bagaimana cara menuju tempat tersebut.
Ibaratnya mau pergi ke Jakarta , tapi tidak tahu naik bus jurusan apa saja.
Dalam hal ini, thariqah dibutuhkan dengan bantuan seorang guru.
Thariqah diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah, syafaah atau limpahan pertolongan dari guru.
Seorang guru, pasti sudah bertasawuf, muridnya juga dibimbing untuk laku tasawuf.
Ada beberapa thariqah yang tergabung menjadi Jamiyah Ahli Thariqah Al-Mutabaroh An-Nahdliyyah (Jatman).
Al-Mutabaroh di sini maksudnya adalah thariqah yang bersambung sanadnya kepada Rasulullah.
Ada thariqah yang mutabaroh ada yang ghairu mutabaroh.
Thariqah yang ghairu mutabaroh adalah thariqah yang sanadnya tidak bersambung kepada Rasulullah.
Yang menentukan suatu thariqah mutabaroh dan tidak adalah kesepakatan para ahli tasawuf yang mengetahui mata rantai kesanadan thariqah.
Sebagaimana kesepakatan ahli hadis dalam men-takhrij hadis untuk menentukan status hadis menjadi sahih, hasan, atau daif.
Ada 45 jenis thariqah yang tersebar di seluruh indonesia.
Adapun tarekat dominan di sekitar masyarakat kita seperti Qadiriyah, Naqsabandiyah, Syadziliyah, Syathariyah, Sammaniyah, Tijaniyah, Qadiriyah-Naqsabandiyah.
Kebersambungan sanad kepada Rasulullah ini karena amalan wirid-wirid di kalangan thariqah mutabarah yang diajarkan langsung oleh Rasulullah lewat orang-orang dekat beliau.
Banyaknya thariqah mutabaroh yang tersebar di seluruh dunia adalah sebab Rasulullah mengajarkan aurad (jamak dari kata wirid) secara langsung kepada para sahabat.
Ada lima orang, sepuluh orang yang dipanggil secara privasi, lalu para sahabat tersebut mengajarkan kepada para tabiin satu persatu.
Di dalam Alquran surat Al-Kahfi ayat 17 dijelaskan : Siapa yang hidupnya tersesat, maka dalam hidupnya tidak akan menemukan waliyyan mursyida, yakni seorang wali yang mursyid.
Syarat seorang mursyid harus wali, banyak wali tapi belum tentu mursyid, banyak mursyid tapi belum tentu wali.
Bisa jadi ia adalah seorang mursyid tapi masih memiliki mursyid lagi, jadi sebatas mengajarkan thariqah, bukan masuk kategori waliyyan mursyida.
Dalam thariqah kita mengenal mursyid yang kamaliyah atau kamil mukammil, inilah maksud dari waliyyan mursyida, ia mursyid yang paripurna, wusul kepada Allah secara langsung dan diberi pilihan oleh Allah untuk membimbing seseorang agar jiwanya sampai kepada Allah.
Sempurna dan dapat menyempurnakan orang lain atau mukammil lighoirih.
Karena itu sebagai seorang salik ada beberapa adab yang harus diperhatikan ketika menjalankan thariqah.
Seorang murid harus pasrah, menaati dan mengikuti bimbingan guru dengan ikhlas, sebagaimana yang disampaikan Ibnu Hajar Al-Haitami :
”Murid di hadapan guru ibarat mayit di depan orang yang memandikan”.
Seorang salik harus memiliki keyakinan bahwa maksud dan tujuan suluknya (perjalanan spiritual) tidak mungkin berhasil tanpa perantara gurunya.
Jika seorang murid berbeda paham dengan guru, maka murid harus mutlak mengalah dan menuruti pendapat gurunya, kecuali apabila sang mursyid memberikan kelonggaran.
Murid harus berpaling dari semua hal yang dibenci gurunya dan turut membenci apa yang dibenci gurunya.
Jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan atas beberapa permasalahan tanpa bertanya kepada guru, dan tidak diperbolehkan bagi murid meminta jawaban kepada guru.
Murid tidak boleh menukil pernyataan guru kepada orang lain, kecuali pernyataan yang diizinkan untuk disebar luaskan.
Jangan menggunjing, mengkritik, dan menyebarluaskan aib guru kepada orang lain.
Dan murid tidak boleh marah ketika maksud dan tujuannya dihalangi oleh guru.
Murid harus yakin, guru menghalangi karena ada hikmah, dan bila diperintah guru harus berangkat walaupun terasa berat menurut perhitungan nafsunya.
Menjalankan laku thariqah dengan bimbingan seorang mursyid sangat penting untuk perjalanan spiritual kita agar lebih dekat dengan Tuhan.
Pendalaman iman, Islam dan ihsan yang sudah diterapkan pada zaman Nabi belum cukup jika diaplikasikan pada zaman sekarang karena belum tersistematis.
Hadirnya thariqah dan tasawuf merupakan buah dari ajaran Rasulullah yang berupa iman, Islam, dan ihsan dengan tanpa mengurangi esensi dari 3 hal tersebut.
Bahkan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali berpendapat seseorang yang menempuh perjalan rohani wajib mempunyai seorang guru mursyid yang membimbing agar tidak tersesat dan melenyapkan akhlak yang tercela.
Karena mursyid itu ibarat petani yang merawat tanamannya dengan baik hingga tumbuh subur dan berbuah, setiap melihat ada bahaya yang menyerang tanamannya akan langsung menyingkirkannya.
’’Apabila engkau telah mengetahui bahwa tanaman membutuhkan perawat, maka engkau akan mengetahui bahwa seorang salik harus mempunyai seorang mursyid.
Sebab Allah mengutus para Rasul kepada umat manusia untuk membimbing mereka ke jalan lurus.
Dan sebelum Rasulullah SAW wafat, Beliau telah menetapkan para Khalifah untuk menunjukkan manusia ke jalan Allah’’, kata Imam Al-Ghazali.
Begitulah seterusnya, sampai hari kiamat.
Oleh karena itu, seorang salik mutlak membutuhkan seorang Mursyid , semoga bermanfaat dan dapat jadi acuan kita untuk terus belajar dan belajar. (M7)
Tags
Pendidikan